
Keluarga berencana (KB) adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi angka kelahiran. Itu bermakna adalah perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan yang bisa dilakukan dengan penggunaan alat kontrasepsi.
Alat-alat kontrasepsi sendiri atau penanggulangan kelahiran seperti kondom, spiral, IUD, dan sebagainya. Gerakan keluarga berencana diartikan sebagai upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat.
Gerakan ini sebagai upaya pendewasaan usia perkawinan, pengendalian kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, dan peningkatan kesejahteraan keluarga dalam rangka melembagakan dan membudidayakan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
Tidak hanya di Indonesia saja yang memiliki program KB, Negara besar seperti Amerika juga punya program KB yang disebut dengan Planned Parenthood.
Program keluarga berencana secara khusus dirancang demi menciptakan kemajuan, kestabilan, dan kesejahteraan ekonomi, serta spiritual setiap penduduknya. Program KB di Indonesia di atur dalam UU No.10 tahun 1992, yang dijalankan dan diawasi oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional ) BKKBN.
Manfaat Keluaga Berencana (KB)
Program KB tidak semata-mata dibuat untuk memenuhi target pemerintah saja. Jika dilihat dari kacamata medis, program ini sebenarnya memiliki banyak keuntungan bagi kesehatan setiap anggota keluarga. Tak hanya ibu, anak dan suami juga bisa merasakan efek dari program ini secara langsung.
Berikut berbagai manfaat menjalankan program KB
Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan
Di Indonesia, ada sekitar 20% insiden kebobolan hamil (kehamilan yang tidak direncanakan/diinginkan) dari total jumlah kehamilan yang tercatat pada populasi pasangan menikah. Ini menandakan bahwa akses informasi dan pengetahuan soal kontrasepsi masih tergolong rendah.
Kehamilan yang tidak direncanakan bisa terjadi pada wanita yang belum atau sudah pernah hamil tetapi sedang tidak ingin punya anak. Kejadian ini juga bisa saja terjadi karena waktu kehamilan yang tidak sesuai dengan yang diinginkan, misalnya jarak usia anak pertama dan kedua terlalu dekat.
Ada berbagai resiko komplikasi kesehatan yang mungkin terjadi akibat kehamilan yang tidak diinginkan baik untuk sang ibu sendiri maupun jabang bayinya. Kehamilan yang tidak direncanakan dan tidak diinginkan dapat meningkatkan resiko bayi lahir prematur, berat rendah (BBLR), hingga cacat lahir.
Sementara resiko pada ibu termasuk depresi saat hamil dan setelah melahirkan (postpartum), hingga komplikasi melahirkan yang berujung fatal seperti toksemia, perdarahan berat, hingga kematian ibu.
Oleh karena itu, penting bagi setiap wanita dan pria Indonesia untuk mengetahui tentang manfaat kontrasepsi dan pentingnya merencanakan kehamilan sebelum memutuskan untuk berhubungan seksual.
Mengurangi Resiko Aborsi
Kehamilan tidak diinginkan sangat beresiko meningkatkan angka aborsi ilegal yang bisa berakibat fatal. Sebab pada dasarnya, hukum Indonesia menyatakan aborsi adalah tindakan ilegal dengan beberapa pengcualian tertentu. Tindak aborsi sangat diatur ketat dalam UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2014 tentang kesehatan Reproduksi.
Berdasarkan dua aturan negara tersebut, aborsi di Indonesia hanya boleh dilakukan di bawah pengawasan tim dokter setelah didasari alasan medis yang kuat. Misalnya, karena kehamilan beresiko tinggi yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, korban perkosaan, dan kasus gawat darurat tertentu. Di luar itu, aborsi dinyatakan ilegal dan termasuk ranah hukum pidana.
Itu kenapa kebanyakan kasus aborsi di Indonesia sendiri dilakukan diam-diam dengan prosedur yang tidak sesuai dengan standar medis.
Menurunkan Angka Kematian Ibu
Merencanakan kapan waktu yang tepat untuk hamil dan punya anak nyatanya menuntungkan buat kesehatan wanita. Kehamilan yang tidak diinginkan dan tidak direncanakan dapat memperbesar peluang resiko berbagai komplikasi kehamilan dan melahirkan, termasuk kematian Ibu.
Tren komplikasi kehamilan dan melahirkan sebagian besar ditunjukan oleh kelompok yang menikah di usia terlalu dini. Data kolaborasi BPS dan UNICEF Indonesia melaporkan, ada anak perempuan usia 10-14 tahun beresiko lima kali lebih besar untuk meninggal saat masih hamil maupun selama persalinan akibat komplikasinya daripada perempuan yang hamil di usia 20-24 tahun.
Beberapa resiko komplikasi yang harus dihadapi oleh anak perempuan yang hamil di usia belia adalah fistula obstetri, infeksi, pendarahan hebat, anemia, dan eklampsia. Hal ini terjadi karena tubuh anak perempuan belum ‘matang’ secara fisik maupun biologis.
Resiko berbagai komplikasi ini juga tercermin dan mungkin terjadi terlebih jika Anda semakin sering hamil dan jarak yang berdekatan.
Kabar baiknya, berbagai penyebab kematian ibu akibat komplikasi kehamilan dan persalinan sebenarnya dapat dicegah salah satunya dengan mengikuti program KB. Sebab selain menekankan pentingnya kontrassepsi demi mencegah kehamilan, program keluarga berencana juga menyediakan akases layanan untuk merencanakan waktu, jumlah, dan jarak kehamilan yang tepat bagi setiap pasangan.
Mengurangi Angka Kematian Bayi
Wanita yang hamil dan melahirkan di usia dini beresiko lebih tinggi melahirkan bayi prematur, lahir dengan berat badan rendah, dan kekurangan gizi. Berbagai laporan bahkan mengatakan bahwa bayi yang dilahirkan oleh perempuan berusia sangat belia memiliki resiko kematian dini lebih tinggi daripada ibu yang berusia lebih tua.
Hal ini terjadi karena janin bersaing untuk mendapatkan asupan gizi dengan tubuh ibunya, yang notabene juga sama-sama masih dalam tahap tumbuh kembang. Bayi yang tidak mendapatkan cukup gizi dan darah bernutrisi akan terhambat atau bahkan gagal berkembang dalam kandungan.
Membantu Mencegah HIV/AIDS
Salah satu metode kontrasepsi yang umum dan paling mudah ditemukan adalah kondom. Kontrasepsi ini bisa Anda temukan dengan mudah di setiap minimarket dan toko swalayan.
Banyak orang masih segan menggunakan kontrasepsi yang satu ini karena bahwa kondom justru mengurangi kenikmatan saat berhubungan seksual. Padahal penggunaan kondom tak hanya sebatas untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Kondom juga dapat mencegah penularan penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS.
Pada wanita, kontrasepsi dapat mengurangsi resiko penyebaran virus HIV dari ibu yang terinfeksi kepada bayi.
Menjaga Kesehatan Mental Keluarga
Meski pahit untuk didengar, kenyataannya tidak semua anak hasil kehamilan di luar rencana tergolong sejahtera lahir batin selama hidupnya. Kehamilan yang tidak diinginkan berpotensi merampas hal anak untuk bertumbuh kembang secara maksimal dari segala aspek, mulai dari tumbuh kembang secara biologis, sosial, dan pendidikan.
Ingat, setiap anak yang dilahirkan dari rahim seorang ibu berhal untuk mendapatkan kasih sayang yang tulus dari orangtuanya. Jadi, tentu saja kehadiran buah hati perlu dipersiapkan secara matang.
Di sisi lain, wanita juga sangat rentan mengalami depresi saat hamil dan setelah melahirkan. Apalagi jika kehamilan tersebut terjadi pada usia belia atau bahkan ketika Anda dan pasangan belum siap memiliki Anak.
Pria pun juga sudah terbukti bisa mengalami depresi selama istrinya hamil atau melahirkan, karena belum siap secara fisik, finansial, hingga mental untuk menjadi seorang ayah sekaligus kepala keluarga.
Kesimpulan
Melalui Program Keluarga Berencana, Anda dan pasangan bisa menentukan sendiri kapan waktu yang tepat untuk memiliki momongan. Dengan begitu, Anda berdua bisa mempersiapkan kehamilan secara fisik, finansial, mental dengan lebih baik.
Program keluarga berencana bisa memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi Anda dan pasangan untuk mengembang potensi diri demi mencapai kesejahteraan pribadi sebelum merasa mantap untuk membangun keluarga bahagia.
Bagi yang sudah berencana untuk berkeluarga terutama merencanakan pernikahan, bisa mampir untuk buat undangan pernikahan.